Pada 4 Juli lalu, Pusat Penelitian Nuklir Eropa (CERN) berhasil menemukan partikel Higgs-boson, kerap disebut 'partikel Tuhan'. Zat yang selama puluhan tahun dicari ini konon dapat membantu manusia menjelaskan asal-usul alam semesta.
Penemuan ini sontak membuat kalangan ilmuwan seluruh dunia bersorak. Namun, di tengah ingar bingar itu, banyak pula yang mempertanyakan dan memprotes penamaan 'partikel Tuhan'.
Terlepas dari ingar bingar penemuan ini, ternyata ada dua peneliti asal Indonesia ikut berpartisipasi di antara enam ribu lebih ilmuwan di CERN. Salah satunya adalah Suharyo Sumowidagdo, ilmuwan lulusan Universitas Indonesia yang menempuh studi tingkat doktoral di University of California Riverside. Dia merancang perangkat lunak untuk memantau partikel Higgs-Boson di Laboratorium CERN, Kota Jenewa, Swiss.
Di sela-sela Konferensi Internasional Fisika Energi ke-36, di Kota Melbourne, Australia, Haryo, demikian dia kerap disapa, bersedia meluangkan waktu untuk wawancara melalui skype denganArdyan Mohamad Erlangga dari merdeka.com, Sabtu (7/7). Berikut penjelasannya tentang apa yang sedang diupayakan CERN selama ini terkait partikel Tuhan:
Pada 4 Juli lalu CERN bilang menemukan boson, tapi belum tentu Higgs-boson, maksudnya?
Higgs-boson itu nama generik, bentuk manifestasi sederhananya hanya satu. Namun dalam teori lanjutan bisa lebih dari satu. Jadi pertanyaannya apakah yang ditemukan kemarin cuma satu-satunya atau masih ada teman-temannya. Harus dicari. Makanya penelitian ini belum selesai, baru awal.
Kenapa partikel ini disebut sigma tingkat lima?
Itu suatu konsep statistika yang menunjukkan derajat keyakinan. Jadi temuan kami yang disebut sigma tingkat lima itu kemungkinan salahnya 1:3,5 juta, cukup meyakinkan. Jadi partikel itu betul-betul ditemukan, benar-benar ada, bukan sekadar derau. Kita menemukan sesuatu, bukan fluktuasi atau kesalahan detektor.
Mengapa selama ini ilmuwan tidak bisa menemukan Higgs-Boson?
Higgs Boson ini keluarga yang belum ditemukan jadi ada formulasi fisika partikel namanya standar model. Dari teori ini partikel Higgs-Boson harusnya ada, tapi tidak ditemukan.
Higgs-Boson dulu belum ditemukan karena ada besaran massa tidak diketahui. Faktor lain, partikel ini hidupnya tidak panjang. Dia langsung meluruh sehingga susah dibedakan dengan partikel lain. Barulah dengan LHC (terowongan penumbuk partikel) bisa dibedakan mana partikel biasa dan mana Higgs-boson. Data yang dilansir CERN pada 4 Juli kemarin, dikumpulkan selama 2011 hingga separuh 2012.
Selama 40 tahun orang sudah menemukan semua partikel, kecuali Higgs-boson. Setelah dicari-cari baru ditemukan sekarang. Itupun baru awal. Makanya ini suatu pencapaian yang luar biasa.
Penemuan ini sontak membuat kalangan ilmuwan seluruh dunia bersorak. Namun, di tengah ingar bingar itu, banyak pula yang mempertanyakan dan memprotes penamaan 'partikel Tuhan'.
Terlepas dari ingar bingar penemuan ini, ternyata ada dua peneliti asal Indonesia ikut berpartisipasi di antara enam ribu lebih ilmuwan di CERN. Salah satunya adalah Suharyo Sumowidagdo, ilmuwan lulusan Universitas Indonesia yang menempuh studi tingkat doktoral di University of California Riverside. Dia merancang perangkat lunak untuk memantau partikel Higgs-Boson di Laboratorium CERN, Kota Jenewa, Swiss.
Di sela-sela Konferensi Internasional Fisika Energi ke-36, di Kota Melbourne, Australia, Haryo, demikian dia kerap disapa, bersedia meluangkan waktu untuk wawancara melalui skype denganArdyan Mohamad Erlangga dari merdeka.com, Sabtu (7/7). Berikut penjelasannya tentang apa yang sedang diupayakan CERN selama ini terkait partikel Tuhan:
Pada 4 Juli lalu CERN bilang menemukan boson, tapi belum tentu Higgs-boson, maksudnya?
Higgs-boson itu nama generik, bentuk manifestasi sederhananya hanya satu. Namun dalam teori lanjutan bisa lebih dari satu. Jadi pertanyaannya apakah yang ditemukan kemarin cuma satu-satunya atau masih ada teman-temannya. Harus dicari. Makanya penelitian ini belum selesai, baru awal.
Kenapa partikel ini disebut sigma tingkat lima?
Itu suatu konsep statistika yang menunjukkan derajat keyakinan. Jadi temuan kami yang disebut sigma tingkat lima itu kemungkinan salahnya 1:3,5 juta, cukup meyakinkan. Jadi partikel itu betul-betul ditemukan, benar-benar ada, bukan sekadar derau. Kita menemukan sesuatu, bukan fluktuasi atau kesalahan detektor.
Mengapa selama ini ilmuwan tidak bisa menemukan Higgs-Boson?
Higgs Boson ini keluarga yang belum ditemukan jadi ada formulasi fisika partikel namanya standar model. Dari teori ini partikel Higgs-Boson harusnya ada, tapi tidak ditemukan.
Higgs-Boson dulu belum ditemukan karena ada besaran massa tidak diketahui. Faktor lain, partikel ini hidupnya tidak panjang. Dia langsung meluruh sehingga susah dibedakan dengan partikel lain. Barulah dengan LHC (terowongan penumbuk partikel) bisa dibedakan mana partikel biasa dan mana Higgs-boson. Data yang dilansir CERN pada 4 Juli kemarin, dikumpulkan selama 2011 hingga separuh 2012.
Selama 40 tahun orang sudah menemukan semua partikel, kecuali Higgs-boson. Setelah dicari-cari baru ditemukan sekarang. Itupun baru awal. Makanya ini suatu pencapaian yang luar biasa.
Selama puluhan tahun tidak ditemukan, kenapa ilmuwan yakin partikel semacam itu ada?
Berdasarkan teori fisika partikel model standar, seluruh partikel sudah ketemu, dan seharusnya ada Higgs-boson. Analoginya begini, saya melihat seseorang di balik pohon, tapi saya cuma melihat bahunya, kakinya. Saya simpulkan pasti sosok ini punya kepala. Itu mengapa ilmuwan yakin partikel tersebut ada.
Apa yang bisa dilakukan ilmuwan setelah Higgs-boson ditemukan?
Terus terang kalau aplikasi praktis belum ada yang mengetahuinya. Penemuan ini adalah penjelasan suatu hal yang sebelumnya tidak diketahui. Namun dari pandangan sains murni, partikel Higgs-boson menjelaskan banyak hal. Misalnya, kenapa partikel yang kita lihat sekarang bentuknya seperti itu, mengapa alam semesta berkembang seperti sekarang, mengapa atom itu bisa meluruh, semacam itu.
Menurut anda apakah penelitian seperti ini berupaya menyingkap rahasia Tuhan?
Sains tidak memberi tempat buat Tuhan. Ilmu ini hanya melihat gejala di alam, lantas kita coba menjelaskannya. Itu ciptaan Tuhan atau bukan, tidak menjadi wilayah kajian kami.
Sains itu meneliti alam, titik. Sains menjelaskan apa yang ada di alam. Kalau kemudian ada yang menyimpulkan alam semesta ini ciptaan Tuhan, itu hak orang beragama. Saya rasa cukup begitu saja menjelaskannya.
Kalau saya menemukan sesuatu tentang alam semesta, saya bilang ini dari Tuhan. Saya cuma menemukan saja kok. Apa yang saya katakan ini memang ada, tidak mengada-ada kok.
Jadi, konsep Tuhan tidak perlu dikaitkan dengan penelitian ini?
Buat saya pribadi Tuhan dan alam semesta itu satu. Bukan dua entitas berbeda. Konsep Tuhan diciptakan untuk menjelaskan sesuatu yang belum terjelaskan.
Kalau begitu, istilah 'partikel Tuhan' yang digunakan media keliru?
Peneliti sih tidak menggunakan istilah itu. Tapi memang istilah ini menarik perhatian. Sebetulnya tidak apa-apa asal dijelaskan asal-usulnya. Istilah 'partikel Tuhan' kan sebetulnya dari buku fisikawan pemenang Nobel Leon Lederman (terbit 1993). Dalam buku itu dia sebetulnya menyebut higgs-boson sebagai 'the God-like particle', tapi editor bukunya mengganti jadi 'god particle'. Istilah ini akhirnya nyangkut sampai sekarang.